Senin, 11 Juni 2018

Advokasi sosial, apa sich untungnya?

- bensin beli sendiri
- buang tenaga,  waktu dan biaya
- gaji,  tdk ada yg memberi
- donor, tdk punya lembaga
- risiko,  dimaki banyak orang
- korban,  terkadang merasa terintimidasi
TAPI....
di dunia ini setiap insan, masing2 sdh diberikan peran.  menjadi advokat sosial bukanlah pekerjaan muda,  karena mendahulukan rasa untuk merespon aturan normatif.
Dlm pandangan advokad sosial,  berjuang atas nama kemanusian bukanlah hal yg tabu,  justru terdiam ketika melihat hal yg ganjal adalah derita batin.
Pengalaman pribadi saya yg terbaru,  ketika mengantar seorang anak kelas 6 SD utk ikut UN di SDN Wainggay. Kepala SD memanggil sy di ruang kepsek dan diberi pengarahan agar tdk membela anak2 yg tdk masuk tampung di sekolah. Sy dianggap melindungi karena saat guru2 datang panggil dg marah2,  anak malah takut dan lari dari rumah. Mama saya dimarahi oleh ketua komite sekolah karena anak ini dikasih makan saat dtg rumah,  tdk pukul spaya ke sekolah.  Tapi mereka tdk taw,  bhwa pendekatan yg saya lakukan dg kawan2 adalah dg cara persuasif, dan telah trbukti berhasil mengembalikan 5 org anak putus sekolah kembali di bangku pendidikan pd thn 2015, serta 1 anak yg sudah lewat usia didorong untuk ikut persamaan paket B (meski biaya foto hrs kluarkan uang sendiri,  membeli peralatan sekolah,  dan mengantar mereka ke sekolah agar tdk minder dg kawan2nya).
...Yang kedua,  saya menulis artikel ttg Koperasi Amanda yg saya beri judul "Aman, Da?".
Saya tulis opini tersebut berdasarkan indikator kesehatan koperasi dengan komparasi suku bunga/ bonus yg tidak masuk akal.
Saat itu,  saya rela menjual ibu saya ketika diserang banyak org dg tuduhan memfitnah,  tdk berdasar dan iri krna tdk bermodal.  Bahkan ada yg mengaku jubir amanda,  inbox ke fb saya dan maki2. Saya hanya bilang,  itu hasil analisis dari pengetahuan yg saya miliki,  nanti kita lihat saja. Dan setelah berjalan 2 minggu kemudian,  analisis saya terbukti,  dan sekarang hilang kabarnya.
...Yang ketiga,  ketika melakukan audit pupuk bersubsidi pada tingkat desa. Banyak yg skeptis dg apa yg kami lakukan,  karena alasan pemerintah lokal bahwa ini adalah kebijakan nasional yg hanya diterapkan oleh pemda berdasarkan mekanisme yg telah diterapkan dari pusat,  tapi perjuangan belum usai,  setelah menyatukan persepsi dg duduk bersama dlm hadapan data-data lapangan,  akhirnya melahirkan 1 pemikiran utk menindaklanjuti hingga tingkat nasional terkait dg pupuk bersubsidi bagi petani.
Jauh sebelum itu,  lahirnya UU No. 6 thn 2014 tdk lepas dari pergolakan sosial yg terjadi di masyarakat,  sejak mahasiswa, saya masih launching majalah dg judul "Desa,  Negeri mini yang terabaikan?"-"jalan terjal UU Desa, pada thn 2010", menulis buku ttg "dinamika politik lokal dalam teori dan praktek, thn 2012".
Tentu,  saat kegiatan seminar hasil karya ini,  banyak peserta yg meragukan,  kritikan pedas harus diterima dg keras.  Tapi tetap berpikir rasional dan optimis,  meski emosi naik laiknya karakter org timuran.  Tapi,  semua pengalaman itu,  mengajarkan saya ttg bagaimana risiko mjd pegiat sosial.  Karena korban telah dibutakan oleh keadaan,  sehingga dirinya sendiri tdk merasa jadi korban,  bhkan berbalik mnjadi lawan,  yg kmudian juga tersadar dan menikmati hasilnya.
...
LALU,  apa sih tujuan advokasi sosial itu?
Advokasi sosial, sesungguhnya bukan bertujuan untuk menantang keadaan,  mendobrak mekanisme,  melawan aturan.  Bukan untuk menyalahkan pelaksana program (pemerintah), bukan bertujuan agar dianggap sok pahlawan yg membela atas nama rakyat.
Tapi tujuan advokasi sosial, sesungguhnya adalah penyadartahuan sosial akan hak sebagai warga negara,  merubah sistem dan kebijakan pada skala makro nasional (pada tingkatan pembuat kebijakan).  masalah itu ditampung dari bawah,  dianalisis pd tingkat lokal,  dilakukan evaluasi berdasarkan kasus yg sering terjadi pd tingkatan implementasi,  sehingga bisa menjadi rekomendasi perbaikan masa depan.  Tapi jika kasus dipendam dg alasan sdh ada aturan yg mengatur dan kita terus pasrah dg kendala mekanisme normatif,  maka jangan harap perubahan kebijakan itu bisa terjadi.
#Jadi,  jangan tunggu masalah itu datang pada diri kita baru kita merasa keadilan tdk berpihak,  tapi kita harus peduli dg kondisi orang lain,  yg mgkin saja dlm prputaran waktu, datang pada diri kita.
#sekedar curhat :)
#bukan mengeluh
#tetap ada dan akan ada :)
#Hidupku utk melawan,  bukan penurut :)
Oleh: Titus Umbu Ray