Selasa, 17 Juli 2018

Mengenang lahirku 30 tahun lalu, untuk anakku kini 1 bulan

...jauh sebelum hari ini,  dalam hatiku selalu menaruh dendam pada masa kecilku.  Masa kecil yang bagiku sangat menderita batin.  Pra sekolah,  tugas harianku adalah mengembala kerbau dan kambing.  Rutinitas itu ku lakukan saat tinggal bersama kakek (ayah dari ibuku).

...bicara soal ekonomi,  kakek tergolong orang kaya dari Mbatakapidu.  Bisa disimpulkan bahwa saya tidak kekurangan secara materi.  Yang sangat kurang bagiku,  ketika kasih sayang kedua orang tuaku,  aku tak merasakan saat itu.

...ketika masuk usia sekolah,  barulah saya tinggal dengan ibu saya. Senang awalnya bisa bersama ayah dan ibu.  Namun kehidupan rumah tangga terasa sulit diceritakan. Ketika saya menyadari bahwa ibu saya hanya istri kedua.

...semua kata seakan menjadi cambuk yang menyakitkan,  semua perlakuan ayah yang tidak peduli padaku dan ibu membuatku menyesal telah bersama mereka.  Ibu ku setiap hari memukulku,  entah itu salah dari adik atau bahkan kakak tiri yang tidak suka saat saya duduk diantara mereka.

...laiknya seorang anak,  tapi merasa tidak mendapatkan perlakuan yang sama dengan saudaraku yang lain,  yang sejak kecil tinggal bersama mereka. Disaat kakak tiri dan adikku bermain mobil-mobilan,  saat itulah saya membawa karung dan sabit untuk mencari rumput makanan kuda.

...tidak berhenti sampai disitu,  ketika masuk SMP pun sering keluar masuk sekolah,  karena lelah berjalan kaki dari km7 sampai SMPN 2 Waingapu.  Yang membuatku Sakit hati, disaat saya lelah dan tidak punya uang bemo,  kakak tiri saya pakai motor sendiri.

...Meski demikian,  akhirnya saya lulus dan lanjut SMA di Panti Asuhan Maranatha Bojonegoro.  Tetap dengan cerita yang sama,  karena kuliahpun masih bekerja untuk membiayai pendidikan sendiri.

...membayangkan kembali semua cerita masa kecilku,  rasanya ingin aku benci orang tuaku sendiri,  membenci saudaraku yang dulu menyakitiku.

...perasaan itu terus ku pendam,  terkadang aku berpura baik pada mereka,  meski sakit ketika muncul ingatan masa kecilku. Sebagai manusia durhaka,  dalam hatiku sulit menguburkan perlakuan mereka yang dulu,  walau kini mereka telah berusaha menghapusnya dengan kebaikan dan kasih sayang.

"SAYA INGIN BERBAGI PENGALAMAN."

Titus, Mama,  Bapak, Nona Dimu
...malam ini terasa spesial bagiku,  karena ayah dan ibu duduk bersama denganku.

...mengawali sebuah cerita malam ini,  ayah bertanya padaku "umbu,  kenapa 2 bulan ini tidak pernah tidur di rumah?,  kemarin malam saya sakit, kalau saya mati kamu tidak ada" kata bapakku.

...dalam hatiku bilang "sekarang peduli dengan saya,  baru 2 bulan saja sudah tanya.  Kalau bapak sakit,  hubung saja anak-anak yang bapak sayang,  kenapa saya harus ada ketika bapak sakit?" meski tidak sanggup ku ucapkan.



...lalu saya jawab "namanya suami siaga to bapak,  sebulan sebelum cucumu lahir,  saya sudah bersama ibunya.  Begitupun sebulan setelah lahir,  saya bantu jaga,  bahkan tidak tidur semalaman karena bayi nangis dan sulit tidur malam.  Giliran pagi baru dia tidur." jawabku, meski yang sesungguhnya panjang alasanku.

...mendengar jawabanku,  bapak langsung ketawa "itu to,  sekarang baru rasa jadi orang tua. Saya juga dulu kalian lahir begitu,  apalagi masa itu musim lapar. Malam saya jaga kalian,  paginya saya pergi keliling mandara, minta-minta di keluarga."

..."oh begitu juga bapak? (tanyaku sambil merenung penilaianku). Jujur bapak,  selama ini saya sebenarnya ada rasa benci sama bapak,  kenapa bapak itu terlalu manja sama saudaraku yang lain,  sedangkan saya, tidak?. Waktu kecil bapak manjakan dengan mainan,  waktu sekolah juga manjakan dengan uang.  Sedangkan saya tidak."

...bapak jawab dengan santai "kalau kamu kan tidak minta.  Kalau saudaramu yang lain minta dan menangis tuntut harus di kasih.  Mau tidak mau, supaya mereka diam,  saya harus ikut kemauan mereka" kata ayahku.

...hmmm "bapak hanya alasan,  masa harus diminta dulu.  Memang bapak tidak sadar kalau saya juga anak yang butuh perhatian? Bapak pilih kasih mo,  masa bapak tidak tahu tanggung jawab terhadap saya. " jawabku.

...kemudian bapak jawab lagi "ya sudah itu sudah lewat,  yang penting sekarang kamu sudah tahu kalau semua saya punya anak,  saya perlakukan sama.  Nanti juga kamu punya anak,  jadi harus perlakukan adil supaya jangan sama seperti saya" tutup ayah.

...lalu saya bertanya kepada ibu "mama,  kenapa dulu saya mama pukul terus,  mama ke tidak suka sama saya.  Kalau saya punya adik dong mama tidak pukul seperti saya?. Tanyaku.

...mama jawab "tidak ada anak yang saya tidak suka.  Semua saya sayang,  apalagi kamu anak pertama,  mau melahirkan kamu itu,  saya hampir mati.  Dulu kamu lahir di kampung dengan dukun kampung,  pas mama pendarahan,  tidak ada penanganan seperti rumah sakit sekarang ini.  Untung saja orang tua zaman itu tahu daun obat sehingga saya selamat dan kamu besar begini" jawab mama yang memang bernada relatif tinggi.

..."oh iya mama,  ini saya punya baby juga lahir setengah mati dia pu mama. Karena tidak bisa lahir di Nggongi jadi rujuk ke RSUD Waingapu". Sambungku

...Kembali mama melanjutkan ceramahnya "saya dulu hidup menderita saat kamu kecil. Jagung dan beras tidak ada.  Mau pergi gali ubi hutan,  jauh dan tidak bisa kasih tinggal kalian sendiri.  Mau gendong ke hutan,  tidak bolehkan oleh adat kita.  Jadi sebagai pelampiasan emosi,  saya pukul kamu.  Dan ketika kamu menangis,  tetangga datang tanya,  saya bilang kamu minta makan,  tapi dia punya nenek belum sampai dari kebun. Pernah sampai tetangga kita itu kasih katiku luwa (kepala ubi hutan yang seharusnya tidak dimakan karena gatal) ".

...dari hasil bincang dengan orang tuaku yang saya ceritakan di atas, memang benar-benar menyentuh perasaanku,  ketika saya membayangkan keadaan orang tua ketika kelahiran saya 30 tahun yang lalu. Rasa dendam yang dalam persepsi saya tidak adil,  ternyata latar belakangnya seperti ini.  Serta lebih dari semua cerita itu.  Saya sudah merasakannya sendiri saat ini,  ketika anak lahir disaat saya menjadi nganggur.  Dan juga melihat langsung,  ibunya sengsara menjalani proses melahirkan.

...sedikit cerita pengalaman,  yang mungkin saja dialami oleh yang lain, pada bentuk cerita yang berbeda...  SALAM :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar